BEGITU KEJAMNYA TRAGEDI P3MB@NT@I@N UMAT ISLAM DI ''POSO''
Ketika menyebut istilah "Bentrok di POSO" apa yang terngiang pertama kali di kepala readers ?. Bentrok antar Agama, Lautan mayat Manusia atau Tragedi berdarah antar manusia. Tak bisa di pungkiri bahwa Bentrok di Poso memakan banyak korban, hal yang harus di selesaikan oleh institusi hukum indonesia yang sampai saat ini dalang kerusuhan bentrok masih menjadi Tanda Tanya Besar. bila yang kita bahas adalah hukum maka tak akan habis kecatatan yang kita temui di lapangan, yang akan kita bahas adalah masalah "PELANGGARAN HAM" yang terjadi di Poso. pasti Pernah anda mendengar mayat tanpa kepala ketika terjadi bentrok?, pernahkah anda mendengar mayat anak kecil dengan terbuka rongga otaknya. Ini jelas PELANGGARAN HAM, pelanggaran Hak Hidup.
Awal mula terjadi bentrokan yaitu pada tanggal 1999 sampai dengan 2007 bentrok terjadi. Mulai dari pertikaian agama, pertikaian warga dan para anggota kepolisian, pengancaman dan penculikan, serta yang dulu sempat beredar bahwa jaringan "Al-Qaeda" terorganisir di dalam daerah poso. Sudah seperti Minum Obat para warga di poso melakukan pembantaian atas dasar kepentingan, dan yang terbunuh adalah warga yang tak tahu bagaimana konflik itu bisa terjadi, hanya dengan atas dasar agama mereka rela memisahkan kepala dan tubuh manusia hanya dalam hitungan detik kita dapat melihat video-video yang tersebar bagaimana mayat dan korban dengan sadis hilang nyawa. Ini jelas perusakan moral bangsa dan tak bisa di tolerir. Hukum Mati saja.
Menurut saya, ini seperti bermain video game. Kita bebas membantai dan mengoyak isi kepala orang hanya untuk kesenangan dan praktek kemampuan sebagai laki-laki, ironis. dari seluruh kasus yang terjadi sampai tahun 2007 sepertinya yang paling menarik adalah ketika pada tahun 2000 para kelompok kristiani membantai dan membunuh para umat islam di pondok pesantren Walisongo.
Apakah kita tetap berfikir bahwa ini adalah perlakuan manusia ?. Sedih melihat saudara kita menjadi seperti kotoran sapi yang tak tahu lagi identitas diri, tergeletak penuh arti, mungkin untuk berpamitan dengan keluarga saja mereka belum sempat apalagi untuk melihat dunia bersama anak mereka dan satu hal "Ini Adalah Realita Pelecehan HAM di Indonesia tercinta".
Sungai Poso menjadi saksi bisu pembantaian ummat Islam, khususnya warga Pesantren Walisongo. Mayat-mayat mereka hanyut di Sungai Poso dan terbawa entah sampai ke mana. Belum ada angka yang pasti jumlah korban dalam pembantaian itu.
Seorang warga Kelurahan Kayamanya, Kecamatan Poso Kota, Syahrul Maliki, yang daerahnya dilewati aliran sungai Poso dan terletak sembilan kilometer dari ladang pembantaian, menuturkan kepada Sahid, Dari pagi hingga siang saja, saya menghitung ada 70-an mayat yang hanyut terbawa arus, berikutnya saya tidak menghitung lagi, katanya. Sementara Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) melaporkan jumlah mayat yang ditemukan di Sungai Poso tidak kurang dari 165 orang.
Tidak hanya lak-laki dewasa, banyak pula yang perempuan, orang tua, dan anak-anak. Biasanya mayat wanita disatukan dengan anak-anak. Ada yang cukup diikat, ada pula yang dimasukkan karung, kata Syahrul. Sebagian besar mayat sudah rusak akibat siksaan.
Dalam laporannya, pihak gereja melalui 'Crisis Center GKST untuk Kerusuhan Poso' mengakui dikalangan mereka ada kelompok terlatih yang berpakaian ala ninja ini. Mereka menyebutnya sebagai 'Pejuang Pemulihan Keamanan Poso'.
Ada ciri-ciri yang sama ketika kelompok merah menyerang. Mereka selalu mengenakan pakaian ala ninja yang serba hitam, semua tertutup kecuali mata. Mereka juga mengenakan atribut salib di dada dan ikat kepala merah. Mayat-mayat juga ditemukan selalu dalam kondisi rusak akibat siksaan atau sengaja dicincang hingga tidak dikenal identitasnya. Dalam berbagai penyerangan pasukan merah selalu di atas angin. Karena itu sebagian besar korbannya adalah orang-orang Muslim.
Selain di Pesantren Walisongo penyerangan dan pembantaian juga dilakukan di sejumlah tempat. Tercatat 16 desa yang penduduknya mayoritas Muslim kampungnya hancur dan terbakar. Dari arah selatan Poso, kerusakan hingga mencapai Tentena. Dari arah Timur hingga Malei. Dari arah barat hingga Tamborana.
Temuan Komite Penanggulangan Krisis (Kompak) Ujung pandang yang melakukan investigasi di Poso menunjukkan adanya keterlibatan gereja dalam beberapa kerusuhan. Buktinya Sebelum mereka melakukan penyerangan, mereka menerima pemberkatan dari gereja, kata Agus Dwikarna, ketua Kompak Ujungpandang.
Misalnya pemberkatan yang dilakukan Pendeta Leniy di gereja Silanca (8/6/00) dan Pendeta Rinaldy Damanik di halaman Puskesmas depan Gereja Sinode Tentena. Selain kepada pasukan Kelelawar Hitam, pemberkatan juga diberikan kepada para perusuh. Pemberkatan ini memberikan semangat dan kebencian yang tinggi masyarakat Kristen kepada ummat Islam.
"Apapun penyebabnya, kerusuhan Poso menyebabkan trauma yang mendalam di kalangan orang-orang Muslim di Poso. Sejak bentrok itu ribuan ummat Islam menjadi pengungsi di negerinya sendiri. Semoga kita Menolak Lupa akan kasus seperti ini, lihat gambar dan tonton videonya jika anda merasa belum merasa tersentuh akan jurnal ini!! "
0 Response to "BEGITU KEJAMNYA TRAGEDI P3MB@NT@I@N UMAT ISLAM DI ''POSO''"
Post a Comment